ahlan wa sahlan...

Bismillahirrohmanirrohiim...

dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami menerbitkan blog IMM Komisariat FK UMS...
semoga semua yang ada di dalam blog ini akan memberikan wacana dan manfaat bagi para pembaca sekalian..
dengan tekad bulat..
karena kebatilan tidak akan sirna tanpa kita menegakkan yang haq..
bersama Allah di jalan kebenaran
mari berlomba-lomba dalam kebaikan..

Allahu Akbarr..!!

Minggu, 22 Mei 2011

ASMA BRONKIALE (CAKUL...^_^) by: Dhian Aishiteru


ASMA BRONKIALE (CAKUL...^_^) by : Dhian Aishiteru

Definisi : penyakit inflamasi kronis saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi dengan akibat penyempitan saluran napas ditandai dengan wheezing terutama pada pagi hari atau dini  hari bersifat reversible secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Sehingga asma bersifat bisa kembali dengan sempurna
Patofisiologi
Sumbatan mucus, hipertrofi otot polos bronkus, edema mukosa, adanya berbagai macam sel-sel inflamasi. Sehingga tidak hanya terjadi bronkokonstriksi (bisa karena sekresi mukusnya, edema mukosa, hipertrofi otot bronkus, dan sel-sel radang inflamasi) tetapi juga edema. Hal ini mengakibatkan tidak adanya oksigen yang masuk ke saluran napas. Pada orang asma, terjadi hyperplasia sel goblet yang tidak ada pada orang normal. Manifestasi klinis dari asma yaitu bisa terjadi eksaserbasi, serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Untuk mengatasi gejala akut ini maka bisa menggunakan golongan primer atau bronkodilator. Agar tidak terjadi serangan yang bolak-balik maka menggunakan antiinflamasi. Sedangkan pasien yang sudah mengalami serangan maka menggunakan primer.
Airway remodeling terjadi pada orang yang sering eksaserbasi maka epitel bronkusnya sudah tidak sensitif lagi (biasanya diberi B2 agonis sembuh tapi g mempan, lalu diberi antikolinergik eh g mempan lagi, akhirnya diberi derivate xanthine ternyata juga g mempan). Maka pada pasien yang seperti ini harus dijaga kontrolernya, yaitu kortikosteroid (antiinflamasi).  Kortikosteroid ini otomatis akan digunakjan pasien dalam jangka waktu yang lama, lalu bagaimana dengan efek sampingnya? Perlu diketahui bahwa kortikosteroid yang dipakai pada hal ini hanya bersifat localize bukan sistemik. Sehingga yang dipakai yang berbentuk inhalasi yang langsung ke organ target tanpa melalui peredaran sistemik.
Pencetus asma ialah infeksi bacterial (ISPA), infeksi virus, polusi udara, irritant, aktivitas fisik, allergen yang spesifik. Jika ada faktor pencetus ini maka bisa langsung terjadi serangan, tapi serangan ini bisa membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam waktu 1-2 jam kemudian (early phase). Hal ini tergantung dari besarnya faktor pencetus dalam menginduksi terjadinya serangan. Tapi waspadai terjadinya late phase (setelah membaik akan kambuh lagi sekitar 4-6 jam setelah early response dan berlangsung selama 36 jam).
Klasifikasi
Asma ekstrinsik : biasanya pada kasus hipersensitivitas.
Asma intrinsik : penyebab tidak diketahui dan biasanya menetap, derajat serangan bervariasi diduga terhadap antibodi otot polos bronkus, tiroid, dan gaster. Kenapa masuk ke otot polos bronkus, tiroid, dan gaster. Hal ini karena ketiganya diinervasi oleh n.vagus. Maka sekarang dikenal dengan adanya GERD (Gastro Esofageal reflux disease). GERD ini ternyata juga bisa memicu asma dengan cara adanya mikroaspirasi dari makanan yang dimuntahkan. Sehingga merangsang n.vagus. Hati-hati pada orang yang punya asma yang menggunakan aspirin!!
Asma yang dipicu oleh aktivitas fisik bisa menyebabkan serangan asma, karena saat terjadi hiperventilasi, sal napas menjadi dingin dan penguapan air menyebabkan osmolalitas meningkat, vasogen yang teraktivasi mengakibatkan mediator2 inflamasin lepas dan terjadilah serangan asma. Tetapi ada yang namanya senam asma, yang memiliki beberapa derajat. Sehingga orang yang punya asma tetap bisa melakukan senam sesuai dengan tingkat derajat asmanya.
Diagnosis
Dokter harus mengetahui awal mula dan frekuensi serangan dari seorang pasien untuk mengetahui derajatnya. Dahulu intermittent, mild persistent, dan severe persistent sekarang terkontrol, terkontrol sebagian , dan tidak terkontrol. Px fisik biasanya didapatkan sesak napas, wheezing ekspiratoir /inspiratoir, ronkhi (kalo ada retensi sputum). Px penunjang : darah tepi (eosinofil tinggi tidak, kalo iya alergi), sputum lebih diutamakan pada infeksi sekunder, foto thorax umumnya normal kalo ada biasanya bronkovaskuler meningkat. Selain itu menggunakan spirometri (orang yang sesak napas tidak bisa menggunakan px spirometri ini soalnya tambah sesak). Apakah ada tanda obstruksi (menyangkut sistem ventilasi, saluran napas) atau restiksi (parenkim paru) dari hasil spirometri tadi. Uji reversibilitas, uji kulit, dan uji provokasi bronkus (uji yang hampir sama dengan uji treadmill) untuk melihat adakah iskemik pada saat treadmill dan pasien disuruh menghisap histamin. Setelah menghisap lalu dilihat faal parunya, adakah obstruksi. Jika tidak ada obstruksi, maka pasien disuruh menghisap histamin dengan dosis yang lebih tinggi dari yang awal. Lalu dilihat faal parunya dan seterusnya. Sampai suatu saat  mulai terjadi obstruksi karena terprovokasi oleh histamin maka pasien tersebut memiliki risiko factor alergi yang bisa jatuh pada asma. Uji provokasi dengan histamin ini harus disertai dengan alat-alat emergency karena sewaktu-waktu bisa terprovokasi, shock, bronkokonstriksi hebat. Yang ditakutkan jika hal ini terjadi dan bisa sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Tatalaksana
Tujuan pengobatan asma :
1.      Aktivitas berjalan normal (anak asma berat, pelajaran nggak masuk-masuk, minder, dll)
2.      Mempertahankan paru-paru agar tetap norman tidak sering mengalami obstruksi, menghindari efek samping obat, transformasi knowledge (edukasi penderita dan keluarga, penyadaran lingkungan, terapi farmakologis, evaluasi).