ahlan wa sahlan...

Bismillahirrohmanirrohiim...

dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami menerbitkan blog IMM Komisariat FK UMS...
semoga semua yang ada di dalam blog ini akan memberikan wacana dan manfaat bagi para pembaca sekalian..
dengan tekad bulat..
karena kebatilan tidak akan sirna tanpa kita menegakkan yang haq..
bersama Allah di jalan kebenaran
mari berlomba-lomba dalam kebaikan..

Allahu Akbarr..!!

Sabtu, 19 Maret 2011

Idealisme Mahasiswa Kedokteran oleh MH. Muflihatul Ulfa

Pergerakan mahasiswa merupakan sebuah pergerakan yang terlahir dari pemikiran kritis intelektual muda yang mempunyai daya dobrak tinggi. Tercatat dalam sejarah bahwa pergerakan mahasiswa berhasil menumbangkan pemerintahan orde baru, sehingga lahirlah reformasi. Reformasi 1998 menjadi saksi kedahsyatan efek yang ditimbulkan dari pergerakan mahasiswa. Tidak hanya itu, perubahan kebijakan pemerintah yang dipandang tidak prorakyat berawal dari kekritisan mahasiswa serta peranannya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Lebih mengerucut lagi, mari kita kembali menilik sejarah, melihat pergerakan mahasiswa kedokteran dalam peranannya sebagai sentra pergerakan mahasiswa yang prorakyat.
School Tof Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA, adalah sebuah sekolah kedokteran yang menjadi saksi sejarah pencatat perjuangan mahasiswa kedokteran dalam upaya membangun semangat kebangkitan nasional. Pada saat itu, mahasiswa kedokteran menjadi pelopor semangat kebangkitan nasional, berhasil menunjukkan jati diri sesungguhnya sebagai pergerakan mahasiswa terdepan yang memperjuangkan kepentingan rakyat. Prestasi yang membanggakan!!!
 Dari catatan sejarah yang menorehkan tinta emas peranan mahasiswa kedokteran, sekarang mari kita melihat realita yang ada saat ini.  Jika kita menghitung berapa jumlah mahasiswa kedokteran yang masih peduli atau hadir dalam diskusi masalah kepentingan rakyat, mungkin jari dua tangan masih tersisa untuk menghitungnya, dengan alasan mereka disibukkan dengan jadwal kuliah, praktikum, belajar, tugas laporan dan sebagainya. Berapa banyak dari mereka yang masih ngeh dengan isu-isu nasional? bahkan mungkin ketika ditanya pendapat mereka tentang permasalahan-permasalahan kesehatan di Indonesia, masih juga ada yang bersikap tidak tahu ataupun malah tidak mau tahu. Terkesan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki analisis yang tumpul terhadap polemik dan dinamisasi kebijakan-kebijakan kesehatan atau seolah-olah bersikap apatis terhadap keadaan sekitar. Jangan sampai apatisme ini meruntuhkan idealism mahasiswa kedokteran yang dahulu dipandang memiliki idealisme tinggi dan nyaris sempurna. Tentunya kita tidak boleh hanya membanggakan sejarah saja, tetapi bagaimana kita bisa melanjutkan prestasi yang sempat ditorehkan tersebut sehingga kita bisa mengembalikan nilai idealism mahasiswa kedokteran serta peranannya sebagai sentra pergerakan mahasiswa prorakyat.
Apa yang terjadi dengan mahasiswa kedokteran saat ini? Seolah-olah telah terjadi degradasi nilai idealisme serta peran mahasiswa kedokteran. Bahkan banyak mahasiswa lintas fakultas yang meyakini bahwa mahasiswa kedokteran cenderung bersifat apatis, egois, ekslusif, sukar bergaul, hedon, nonorganisatoris, study oriented dan introvert. Lebih dari itu, merebaknya stigma dari masyarakat bahwa pelayanan kesehatan semakin hari semakin mahal tanpa meningkatnya pelayanan kesehatan dari para pelayan kesehatan, juga menimbulkan stigma yang buruk terhadap mahasiswa kedokteran. Mahasiswa kedokteran seakan-akan dipandang merencanakan pengeksploitasian dana masyarakat dalam rangka mengembalikan dana yang habis dalam proses pendidikan dokter. Na’udzubillah…
Melihat realita yang ada, para mahasiswa kedokteran kini tidak hanya dari kaum intelektual saja, tetapi siapapun yang bisa membayar sesuai kesepakatan dapat diterima di fakultas ini. Padahal di  universitas kita ini terkhusus, dari segi inputnya, secara intelektual, mahasiswa kedokteran sama dengan mahasiswa FKIP progdi PGSD, hal ini dilihat dari tingkat grade nilai standar ujian test masuk keduanya sama, bahkan lebih tinggi progdi PGSD.  Namun yang timbul bahkan adalah suatu kebanggaan karena telah berstatus kuliah di fakultas yang “elite” Fakultas Kedokteran, gedung yang megah, peralatan yang mahal, bahkan sempat disorot juga toilet yang mewah,  serta kendaraan  yang mereka miliki seolah memberikan gambaran  gap mereka dengan kehidupan sosial yang ada. Dari pemikiran yang melenceng serta rasa kebanggaan yang berlebihan karena bisa masuk Fakultas kedokteran sangat disayangkan bila efek yang timbul adalah kondisi mahasiswa dengan sikap acuh tak acuh dengan lingkungannya, selalu berfikir bagaimana bisa lulus dengan cepat, menjadi dokter dan memikirkan bagaimana cara mengembalikan modal pendidikannya,  mereka lupa akan idealism awal mereka. Mereka lupa bahwa sejatinya Fakultas kedokteran adalah bengkel pencetak calon-calon dokter yang dipersiapkan khusus untuk mengabdi pada bangsanya.
Terlepas dari itu, sistem kurikulum yang dipakai pada hampir seluruh fakultas kedokteran di Indonesia adalah sistem PBL atau Problem Based Learing, yang merupakan kurikulum yang berpusat pada mahasiswa(student centered), sehingga mahasiswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Yang timbul  sekarang adalah mahasiswa yang hanya berkutat pada diktat kuliah, slide dosen, mengejar kompetensi. Tuntutan-tuntutan ini sedikit banyak mempengaruhi idealism mahasiswa, mahasiswa selanjutnya hanya menjadi buruh-buruh intelektual atas nama kompetensi. Demi kompetensi, seluruh energi dan perhatian mahasiswa terfokus ke akademik dan hanya sedikit mahasiswa yang sadar peran serta fungsi mahasiswa sebagai agent of social control , agent of change dan moral force. Memang tidak ada yang salah dengan sistem ini, namun mari kita kaji lagi jika hal ini kita kaitkan dengan peran mahasiswa. Lagi-lagi jangan sampai kita  menjadi korban sistem.
Kegiatan kemahasiswaan yang ada hendaknya berdasarkan kebutuhan masyarakat terkini, misalnya kebutuhan kesehatan yang murah pada orang miskin, atau permasalahan kesehatan masyarakat lainnya, bahkan perlu juga mengkritisi kebijakan pemerintah yang memberatkan rakyat kecil dalam bidang kesehatan misalnya. Namun saat ini, kajian-kajian mengenai permasalahan kesehatan masyarakat tersebut telah bergeser menjadi teknis kegiatan insidental. Dan output dari kegiatan-kegiatan yang insidental menjadikan lembaga kemahasiswaan kedokteran hanya sebagai event organizer saja dan bukan merupakan basis pembentukan karakter kepribadian layaknya mahasiswa yang ideal.
Penjabaran kondisi objektif diatas merupakan pengamatan serta pengalaman sehari-hari. Tidak bermaksud untuk menggambarkan sesuatu yang hiperbola, namun kiranya hal ini bisa menjadi trigger bagi mahasiswa kedokteran khususnya, dan mahasiswa pada umumnya untuk berbenah diri agar tidak termasuk dalam mahasiswa apatis. Berupaya untuk mengembalikan dan mencegah pergeseran nilai idealisme mahasiswa dengan harapan dapat mengembalikan peran serta fungsi mahasiswa kedokteran sebagai sentra pergerakan mahasiswa yang peduli dan mau memperjuangkan kepentingan rakyat. Mari kita ubah stigma-stigma yang muncul atas diri  mahasiswa kedokteran yang dikatakan bersifat apatis, egois, ekslusif, sukar bergaul, nonorganisatoris, study oriented dan introvert menjadi mahasiswa kritis, berfikir idealis, cerdas, berkarakter pejuang,  mahasiswa kedokteran yang  berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Kita buktikan bahwa kita bisa mengembalikan idealisme yang dulu membuat mahasiswa kedokteran sempat menjadi yang terdepan. Menyusunnya kembali sebagai pelindung moral, menyatukannya menjadi kekuatan besar dan mengembalikan citra mahasiswa kedokteran. Sehingga nantinya pergerakan mahasiswa kedokteran kembali menjadi sentra pergerakan mahasiswa yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Mewujudkan biaya kesehatan murah, distribusi Jaminan kesehatan masyarakat miskin tepat sasaran dan meningkatnya taraf hidup masyarakat sehingga dapat terwujud Indonesia Sehat. Hehee…Semangat buat para calon dokter!!!