RETAS JALAN BUNTU PEMBERDAYAAN
Oleh : Pigur Agus Marwanto
"Satu bangsa dapat mencapai kebesaran dan nasib yang baik, kalau rakyat pada lapisan dibawah mempunyai kemauan dan kegembiraan"
(Moh.Hatta,1953)
"Sepi ing pamrih, Rame ing gawe, Mengayu-ayu Bawono.Repah,Rapih,Kerto raharjo”
(filosofi jawa).
Sejak manusia hidup dan berkembang, masyarakat dan tata kehidupannya merupakan tantangan-perhatian pemerintah. Manusia yang berkehidupan, tidak hanya berkelompok membentuk pola perkembangan manusia sebagai titik obyeknya, Tetapi juga lingkungan tempat hidupnya. Kehidupan antroposentris menimbulkan perkembangan gejala alam negatif. Perkembangan tekhnologi dan peralatan, jumlah penduduk yang meningkat serta keinginan mendapatkan hasil yang lebih menghasilkan kerusakan lingkungan yang membutuhkan perhatian dan penataan sebagai bagian penciptaan morfologi kota berdasarkan tinjauan ekologis.
Perkembangan ekologis sosial dewasa ini terbagi dalam pemberian barang dan jasa, distributif, industrial serta industri-politik dan pertahanan. Sebagai kota distributif Surakarta merupakan daerah okupasi sumber alam kota pinggirnya, memegang peranan penting bagi terbentuknya kepadatan penduduk yang memunculkan organisasi-organisasi kolektif untuk persamaan dan pembelaan kepentingan. Semakin padat penduduk maka arah pengembangan penduduk akan lari ke pinggir kota, hal ini disebabkan ruang tengah kota ditempatkan sebagai pusat perkumpulan,hiburan,pemerintahan,kegiatan dagang yang tetap terlihat menarik dan bersih. Masyarakat pinggiran kota sebagai otot penghidupan kota jumlahnya makin meningkat, sedangkan sumber daya alam kini terbatas sehingga muncullah istilah patologi sosial yang berupa kemiskinan dan ketergantungan, kenakalan remaja dan tingkat kesehatan serta sikap individualistis. Alan Gilbert&Joseph Gugler dalam bukunya"Cities, Poverty and Development Urbanization in the third world "mengatakan ciri perkembangan kota didunia ketiga adalah polarisasi dan distorsi. Terjadi akumulasi modal untuk akselerasi industri tetapi proses kemiskinan dan kaum pinggiran tergusur dari haknya. Walaupun bagaimanapun pecahnya mataram (1755) melahirkan surakarta dan yogyakarta sebagai daerah sentral budaya jawa yang kuat. Pergolakan budaya dan perkembangan masyarakat tidak akan lepas sehingga pengetahuan, kemampuan menganalisis dengan pendekatan lokal memegang peranan penting.
Pengembangan dan pemberdayaan suatu wilayah menjadi perdebatan dimana kita masuk dan bagaimana pola pengembangannya. Pemberdayaan memang identik dengan pengembangan kesejahteraan perekonomian tapi pemberdayaan bukanlah satu titik. Pemberdayaan adalah pola bagaimana peningkatan dan pengembangan manusia kearah berkemajuan berdasar pendekatan lokal. Pemberdayaan menempatkan masalah sebagai jalan masuk untuk munculnya pola-pola bidang garap lain dikembangkan. Gesundheit institute (komunitas kesehatan), Qoriyah thoyibah (komunitas pendidikan), beberapa sekolah alam, Greeman bank, Muhammadiyah,dll merupakan contoh organisasi hasil proses pemberdayaan. Pemberdayaan tidaklah identik dengan kesejahteraan rupiah. Analisis rapport (1984) mengenai empowerment terkait dengan proses mekanis yang melibatkan manusia, pengorganisasian dan komunitas untuk pengembangan kehidupan yang lebih baik. Basis potensi masyarakat adalah bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha.
Bina manusia melalui pendidikan, pengetahuan, persepsi, motivasi serta kesehatan manusia merupakan contoh-contoh pembinaan. Bina lingkungan merupakan bentuk penanganan tata lingkungan sesuai kesehatan, keasrian, kenyamanan dan ketentraman. Bina usaha meliputi peningkatan pendapatan dan penciptaan pekerjaan. Pada dasarnya ketiga bagian diatas adalah satu bagian tetapi area masuk pendekatan adalah dari yang paling bisa diterima, maka disini yang perlu diketahui bagaimana pemetaan dan pola strategi yang akan dibina dengan pandangan menyeluruh. Pengetahuan"cascade phenomen"dalam masyarakat harus dipahami betul bagaimana melibatkan orang berpengaruh dan pendekatan linguistik. Dalam struktur masyarakat jawa kita mengenal priyayi, wong cilik, wong baku, kuli gandok dan bujang. Pemanfaatan dalam tiap struktur sosial akan berguna dalam akselerasi pendekatan komunikasi. Pengetahuan bahasa yang meliputi ngoko lugu, ngoko andap, jawa madya (madya ngoko, madya antara, madya krama) , krama inggil, krama desa, jawa kasar harus diketahui. Walaupun tidak memahami dan menggunakan bahasa secara nyata, paling tidak dialek serta tata-kesopanannya bisa kita terapkan.
Dalam tata pemerintahan kota, struktur yang paling kecil adalah desa. Sistem religi merupakan sentral kekuatan desa, sebagai bagian penghubung jaringan-hubungan sosial, kekuatan serta kekerabatan. J.L. Taylor (1972) mengemukakan perkembangan kota akan menimbulkan kawasan kumuh yang pada beberapa daerah menciptakan keramah-tamahan dan sikap gotong royong berdasarkan habitat, populasi dan kebutuhan. Walaupun supardi suparlan "kemiskinan di perkotaan"(1984) mengatakan smakin berkembangnya daerah kumuh di asia tenggara dengan 37% hanya penarik becak, pekerja pabrik, pedagang kecil dan pengemis yang rentan terhadap patologis sosial. Tetapi nilai keramahan dan kegotong-royongan masih mungkin dikembangkan apalagi jika disingkronkan dengan budaya-tata kehidupan jawa. Nilai-nilai keramahan dan kegotong royongan serta penggunaan strategi terkait bahasa dan pemetaan merupakan politik kesempatan dalam istilah Giddens"Beyond left and right", sebagai tindakan precaution aftercare. Kemudian disusul persetujuan sosial yang merupakan proses awal bangunan yang akan dibina.
Sebagai kota distributif pengembangan komunitas berbasis tourism merupakan strategi jitu. Pengetahuan consumer behavior pattern yang meliputi culture, heritage dan Nature merupakan 3 kegiatan yang bisa dikembangkan. Pola daerah pinggiran dalam hal ekonomi kecil adalah produk kerajinan,tetapi sumber daya alam dan pemasaran masih banyak kendala. Belum lagi bagaimana melakukan sosialisasi orang sekitar. Maka konsepsi perekonomian hendaknya diisi dengan bidang kebutuhan warga sehingga penerimaan bersifat menyeluruh. Pengetahuan mengenai kemampuan suatu organisasi serta bidang garap yang tepat merupakan ringkasan kalimat "The Right Man on the Right place".
Pengembangan organisasi yang memiliki anak cabang banyak dengan karakteristik kemampuan dasar merupakan modalitas besar pola pemberdayaan. Kerjasama dengan instansi pemerintahan, bidang sosial lain serta jaringan pengembangan dilakukan agar pola pemberdayaan menjadi sistematis, inovatif dan berkelanjutan. Mahasiswa yang berbekal kemampuan bidang yang beraneka ragam, mampu mengembangkan pemberdayaan berlandaskan aspek ilmiah sebagau bahan penguatan jejaring dan pendanaan. Pernah dilakukan patch adams dengan gesundheit institutesnya, Muhammad yunus dengan greeman bank, Muhammadiyah melalui cabang lembaganya, LSM dengan Fundingnya. Perbedaan gerak mahasiswa dan lembaga sosial masyarakat adalah area spektrum lahan gerak mahasiswa-masyarakat secara umum dan pola pendekatan holistik-integratif sesuai pendayagunaan kemampuan.
Penciptaan pola pengembangan masyarakat melalui berbagai bidang akan membawa bentuk organisasi yang harus berkemajuan berdasar watak koperasi yakni memiliki kebutuhan bersama dari anggota dan kelompok individu yang aktif, bekerja sama serta struktur pengambilan keputusan yang jelas. Pemetaan merupakan urgensi yang harus dilakukan, pendekatan kelompok otoritas baik otoritas struktural dan pimpinan yang dituakan (kelompok baku,generasi tua,priyayi) serta kerjasama golongan muda (kuli gandok, bujang) yang melahirkan kemandirian berkelanjutan. Dalam karya Hans Antlove, Koentjoroningrat atau Latouche kita akan mendapati bahwa pendekatan kelompok otoritas berpengaruh terhadap aktivitas kekuasaan. Sebuah tantangan dari masyarakat adalah kebiasaan penerimaan yang pasif terhadap hidup, tetapi sikap dan pola pikir kreaktifitas merupakan berkah. Apakah ramalan Louis Kraar, seorang pengamat negara asia timur yang mengatakan dalam 20 tahun kedepan sesudah reformasi menjadi halaman belakang asia timur benar adanya??ataukah indonesia akan berkembang menjadi negeri indah,adil dan makmur dibawah naungan Tuhan??.Menjadi renungan bagi yang mau memperhatikan.