PENGARUH STRES TERHADAP TERJADINYA INFEKSI PADA MANUSIA PERSPEKTIF PATOFISIOLOGI
(Hasil Wawancara Dengan Peserta Orientasi Mahasiswa Baru Tahun 2009)
Katakanlah : “ Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Surah Al Isra ayat 85).
RINGKASAN
Stres dan infeksi dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, di mana saja. Stres bersumber dari masalah fisik dan mental. Stres memicu peningkatan produksi hormon kortisol. Hormon ini memacu peningkatan metabolisme cadangan energi tubuh sehingga mengalami pengurangan. Hormon ini juga punya peran dalam menekan sistem imunitas tubuh. Infeksi terjadi bila daya tahan tubuh spesifik maupun non-spesifik mengalami penurunan. Dukungan sosial atau kepedulian orang tua punya peran penting dalam durasi maupun derajat stres yang terjadi pada peserta Orientasi Mahasiswa Baru. Calon mahasiswa yang memperoleh dukungan sosial yang optimal dalam menjalani pekan orientasi, mengalami stres yang ringan dan tidak jatuh sakit. Sedangkan mahasiswa yang tidak / kurang mendapat dukungan soial mengalami stres cukup berat dan jatuh sakit. .
SEL SEBAGAI UNIT PENYUSUN TUBUH MANUSIA
Tubuh manusia tersusun atas berbagai alat tubuh yang memiliki fungsi berbeda-beda. Alat tubuh tersusun atas sel-sel. Kenormalan alat tubuh tergantung dari kestabilan dan kenormalan struktur dan fungsionil dari sel penyusunnya. Pengaturan struktur dan fungsi normal sel dilakukan oleh sistem saraf, hormonal, dan genetik melalui mekanisme homeostasis dalam tubuh yang sangat rumit prosesnya. Faktor yang mempengaruhi normal (sehat) tidaknya (sakit) sel diantaranya dipengaruhi oleh adanya stres fisik / mental.
INFEKSI
Yang dimaksud dengan infeksi ialah masuknya (invasi) dan berkembangbiaknya (multiplikasi) mikroba patogen ke dalam tubuh yang mengakibatkan terjadinya radang (inflamasi).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi :
A. Faktor penjamu (manusia) : 1. Turunnya daya tahan tubuh non-spesifik yaitu keutuhan kulit dan mukosa saluran tubuh misalnya saluran nafas, rongga mulut, dsb. Turunnya kadar enzim lisosim serta kemampuan sel fagositosis dalam menghadang mikroba yang masuk dan ini dipengaruhi oleh salah satunya adalah adanya kecukupan dari asupan gizi. 2. Turunnya daya tahan tubuh spesifik yaitu daya imunitas humoral dengan perantaraan antibodi yang dihasilkan oleh sel limfosit B dan imunitas seluler yang diperantarai oleh sel T. Selain asupan gizi, stres fisik, dan mental juga bisa mempengaruhi kedua daya tahan tubuh tersebut.
B. Faktor mikroba : 1. Daya perelekatan, kemampuan mikroba untuk menempelkan diri pada sel kulit atau mucosa. 2. Daya invasif, kemampuan mikroba untuk menembus sel kulit dan mucosa. 3. Daya multiplikasi, kemampuan berkembangbiak serta pengeluaran toksin dan menyebabkan terjadinya radang. Ketiga daya ini di pengaruhi oleh kuat lemahnya daya pertahanan tubuh spesifik maupun non-spesifik. Semakin lemah semakin mudah terjadi infeksi dan sebaliknya semakin sulit terjadi infeksi.
STRES
Stres adalah respons tubuh (sel) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya (tuntutan perubahan yang terjadi). Stres bisa mengenai fisik maupun mental. Yang mengenai fisik yaitu segala hal yang bisa mengakibatkan lemahnya atau rusaknya tubuh (sel) misalnya karena kelelahan akibat aktivitas fisik yang berlebihan (menjadi lemah) atau contohnya karena mengalami trauma fisik, kimia, elektrik, infeksi, operasi , dsb (menjadi rusak). Stress yang mengenai mental yaitu segala hal yang bisa mengakibatkan jiwa merasa tertekan. Stres bisa berpengaruh baik sebagai hal yang positif (memacu semangat untuk maju) maupun negatif ( terjadinya ketidakberdayaan). Stres mental misalnya karena beratnya tugas-tugas / hukuman waktu menjalani ospek, dan berbagai masalah psikososial yang terjadi sehari-hari. Bila seseorang mengalami stres fisik atau mental maka rangsang yang diterima oleh pancaindera melalui jaras sensorik dikirim ke susunan saraf pusat hingga sampai di sistem limbik kemudian memacu hypothalamus untuk mensekresi Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) merangsang hipofisis mensekresi Adrenocoricotropin Hormone (ACTH) yang memicu kelenjar suprarenalis untuk mensekresi glucocorticoid hormone yang salah satu jenisnya adalah kortisol. Kortisol memiliki peranan penting saat terjadi stres fisik / mental yaitu menyiapkan energi untuk menghadapi stres dengan cara memacu peningkatan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein untuk diubah menjadi glukosa sebagai bahan energi. Ada kemungkinan sumber cadangan energi tubuh mengalami penurunan sewaktu menghadapi stres, disamping itu kortisol juga memiliki pengaruh terhadap penurunan daya imunitas spesifik dan non-spesifik tubuh. Stimulus utama dari sekresi ACTH adalah semua stres fisik maupun mental (emosi).
PENGAMBILAN SAMPEL, KARAKTERISTIK SAMPEL, DAN BATASAN MASALAH DALAM SURVEI INI
1. Metode pengambilan sampel menggunakan model convenience, sesuai dengan namanya diambil berdasarkan kesukaan penulis untuk mewawancarai peserta orientasi mahasiswa baru, di mana saja bisa ditemui dan bersedia diwawancarai tentang sesuatu.Wawancara ini dilakukan satu minggu sesudah selesainya orientasi mahasiswa baru tanpa melihat institusinya (masa orientasi selama 4 hari).
2. Karakteristik sampel; jumlah sampel 10 orang, yaitu laki-laki 5 dan perempuan 5, umur 18 tahun, dominisili di kota Solo dan ikut orang tua sendiri, dalam kondisi sehat sebelum menjalani orientasi mahasiswa baru.
3. Masalah yang ditanyakan meliputi :
a. Jarak rumah dengan kampus; 1). 2 km, 2). 4 km, 3). >4 km
b. Dukungan sosial orang tua waktu menjalani orientasi mahasiswa baru:
Alat transportasi ke kampus; 1). diantar jemput, 2). naik sepeda motor sendiri, 3). angkutan umum
Penyediaan gizi; 1). lengkap (5 komponen sehat), 2). sedang (4 komponen sehat), 3). kurang (3 komponen sehat)
Penyediaan alat untuk menyelesaikan tugas-tugas selama ospek (komputer dan internet); 1). Optimal[computer dan internet], 2). hanya sebagian (computer saja atau internet saja), 3). tidak ada
c. Perasaan yang dialami selama ospek menurut calon mahasiswa; 1). beban tekanan ringan, 2). beban tekanan sedang, 3). beban tekanan cukup berat
d. Apakah jatuh sakit selama menjalani orientasi mahasiswa baru dan pada hari keberapa 1). tidak jatuh sakit, 2). jatuh sakit pada hari kedua / ketiga, 3). jatuh sakit pada hari keempat/ terakhir
Keterangan : sakit yang dimaksud adalah adanya gejala-gejala dan tanda-tanda sakit sbb ; pusing, nyeri otot, nyeri telan, deringanmam, batuk dan pilek (infeksi rhinotonsilopharingitis acuta).
HASIL WAWANCARA
1. Cama (calon mahasiswa) tidak jatuh sakit dan mengalami stres yang ringan / sedang sebanyak 7 orang.
2. Cama jatuh sakit pada hari keempat dan mengalami stres cukup berat sebanyak tiga orang.
BAHASAN HASIL WAWANCARA
Cama tidak jatuh sakit dan mengalami stres yang ringan / sedang. Cama ini mendapatkan dukungan sosial dalam kelompok item 1 dan 2, yaitu dukungan sosial optimal / cukup, asupan gizi baik / cukup, tugas-tugas untuk esok hari bisa selesai dalam waktu 2-3 jam, bisa tidur / istirahat cukup (tidur jam 22.00 bangun jam 5.00), recovery sel cukup, energi dan daya tahan tubuh terjaga, serta stres fisik / mental ringan.
Cama jatuh sakit dan mengalami stres yang cukup berat. Cama ini mendapatkan dukungan sosial kelompok item 3, yaitu dukungan sosial yang kurang, asupan gizi kurang, tugas-tugas untuk esok hari selesai dalam waktu cukup lama sekitar 4-5 jam, baru bisa istirahat / tidur sekitar jam 24.00 bangun jam 05.00, recovery sel kurang, pemulihan energi dan daya tahan tubuh kurang terjaga, stres fisik / mental cukup berat, mikroba patogen memiliki peluang cukup besar menembus daya tahan tubuh spesifik / non-spesifik.
KESIMPULAN :
Ada pengaruh stres fisik / mental terhadap terjadinya infeksi pada manusia. Dukungan sosial penting dalam menangkal terjadinya stress. Hasil wawancara ini perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.
- Dr. H. Bambang Hirjanto, MM(EK)
- Noor Dhian Maharjanti (Mahasiswi FK UMS)